BERJIHAD MELAWAN HAWA NAFSU

ABU Said (Sa’ad) bin Malik bin Sinan Al-Khaudri berkata: Ada beberapa orang dari sahabat Anshar datang meminta kepada Rasulullah s.a.w. maka diberi oleh Rasulullah, kemudian minta pula dan diberi oleh Rasulullah, sehingga habis apa yang ada padanya. Dan setelah habis semua yang ditangan Nabi s.a.w.. Baginda bersabda kepada mereka:
“Apa saja yang akan membawa kebaikanmu tidak akan aku sembunyikan dari kamu, dan siapa yang memelihara kesopanan dirinya, Allah akan memelihara kesopanannya dan siapa yang merasa cukup, maka Allah akan mencukupinya; dan siapa yang berlatih kesabaran, maka Allah akan menyebarkannya. Dan tiada seorang yang mendapat kurnia (pemberian) Allah yang lebih baik atau lebih dari kesabaran.” (HR. Bukhari, Muslim)
Hadis ini memberi pengertian bahawa kesopanan diri dan kesabaran itu terjadi dengan latihan dan suatu perjuangan melawan hawa nafsu, tidak semata-mata datang tanpa usaha ikhtihar. Dan Allah disamping usaha ikhtihar kita itu, akan membantu (menolong) sehingga terlaksana. Sebab kejadian manusia membunyai bakat untuk menerima kebaikan dan kejahatan hampir bersamaan. Kerana itu agama menganjurkan manusia supaya berjihad melawan hawa nafsu kejahatannya, justeru untuk kepentingan sendiri.
Abu Yahya (Shuhaib) bin Sinan Arrumi r.a. berkata: Bersabda Rasulullah s.a.w.: sangat mengagumkan keadaan seorang mukmin, sebab segala keadaannya untuk ia sangat baik, dan tidak mungkin terjadi demikian kecuali bagi seorang mukmin: Jika mendapat nikmat ia bersyukur, maka syukur itu lebih baik baginya, dan bila menderita kesusahan sabar, maka sabar itu lebih baik baginya.(HR. Muslim)
Mensyukuri suatu nikmat bererti memupuk nikmat dan menimbulkan pahala yang lebih besar dari kenikmatan dunia yang telah diterima.
Demikian pula jika menderita bala kesusahan, lalu sabar, maka pahala kesusaha merubah suasana bala menjadi kenikmatan sebab pahala yang tersedia baginya, jauh lebih besar daripada penderitaannya.N